Minggu, 17 Oktober 2010

Bahasa Indonesia, Bahasa Kedua di Madinah



MADINAH - Hubungan Indonesia dengan bangsa Arab memang sudah terjadi sejak beratus-ratus tahun yang lalu. Di mulai dari masa wali hingga kini sejumlah pedagang Arab pun banyak bertransaksi di Indonesia. Karena itu, tak heran jika melihat banyak warga Arab yang pandai berbahasa Indonesia.

Saat ditemui okezone di Jalan Malik Fahd. Madinah, seorang penjaja makanan khas arab seperti kebab, nasi Bukhori atau roti cane pun menawarkan jasanya dengan bergaya bahasa Indonesia. "Mau makan...ayo martabak, bakso semua ada," kata pria tersebut ketika melihat okezone yang mengenakan seragam petugas berbendera merah putih.

Okezone pun penasaran dengan pria tersebut, darimana dia bisa berbahasa Indonesia. Pria berperawakan tinggi itu mengaku karena dirinya sering berinteraksi dengan warga negara Indonesia baik dalam musim haji ataupun ketika bertemu di jalan. Memang, cukup banyak mukimin asal Indonesia yang tinggal di Makkah dan Madinah.

Tak hanya soal berdagang, bahasa Indonesia juga digunakan di sejumlah tempat umum seperti masjid, toko-toko suvenir, maupun kawasan komersial lainnya. Hanya melihat wajah melayu, orang-orang akan menggunakan jasa penerjemah. Terutama untuk hal-hal yang sifatnya take and give, seperti transaksi jual beli. Anda cukup menunjuk suatu barang dan para penjual akan otomatis menyebutkan nama dan harganya. Tentu saja dalam bahasa Indonesia.Para pedagang bahkan lebih suka menyapa para peziarah asal Thaland dengan bahasa Indonesia.

"Sama saja. Orang Thailand Selatan adalah orang Melayu sepeti Indonesia, Malaysia dan Singapura atau Brunei," kata seorang pedagang asal Bangladesh.

Di tempat-tempat peziarahan besar, seperti Makam para Syuhada Uhud, di kaki Gunung Uhud dan Makam Baqi'juga terdapat berbagai papan pengumuman dengan berbagai bahasa dunia. Pada kedua makam ini bahasa Indonesia tampak sekali menempati posisi nomer satu, tentu saja setelah bahasa Arab sebagai bahasa resmi negara.Di gerbang makam Baqi, terdapat enam papan pengumuman besar tentang adab ziarah kubur. Secara berurutan dari kanan ke kiri papan ini terdiri dari pengumuman berbahasa Arab, Indonesia, Persia, Turki, Urdu dan Inggris.

Sementara di makam para syuhada Uhud, terdapat tambahan dua bahasa lagi, yakni bahasa Perancis dan India. Di pemakaman, hanya ada satu bahasa Melayu yang tentu saja lebih mendekati bahasa Indonesia dibanding bahasa serumpun mana pun. Di pengumuman melalui pengeras suara, papan nama dan informasi publik, bahasa Indonesia lebih digunakan daripada bahasa Melayu mana pun. Jadi, wajar kalau kita bangga berbahasa Indonesia bukan?


Sumber: Kaskus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar